Selasa, 15 November 2016

MENUNTASKAN PEMBELAJARAN MENULIS BERITA SINGKAT LEWAT KOLABORASI ANTARA METODE DISKUSI DAN PRINSIP TUTOR SEBAYA

Oleh: Drs. Ndiwa Dominikus
Guru SMAN 1 Keo Tengah-Nagekeo



Semudah apapun materi pembelajaran, bagi siswa selalu saja terdapat kendala untuk memahami materi tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menghambat, baik yang datang dari luar maupun dalam diri mereka. Keinginan untuk bermain, mental enak, kecenderungan untuk mengganggu orang lain dan seterusnya akan membuyarkan konsentrasi mereka. Berbagai hambatan yang sudah disebutkan di atas ditambah dengan hambatan lain yang berhubungan dengan ekonomi dan keremajaan mereka.
Sebagai guru yang kaya akan metode-metode mengajar, sudah tentu kita tidak menyerah dengan keadaan itu. Kita tidak membiarkan kegagalan itu terjadi. Kombinasi atau kolaborasi antara metode-metode pun dapat dilakukan.
Tutor sebaya merupakan sisi lain dari metode diskusi yang mana terjadi saling menukarkan informasi dan pengetahuan di antara sesama peserta didik. Sumbangan yang terbesar akan datang dari peserta didik yang lebih cepat menangkap penjelasan guru atau lebih tahu tentang materi itu.
 Konsep entang 5W+1H sudah diketahui peserta didik sejak masih duduk di sekolah dasar. Namun dapat dijelaskan sedikit, bahwa rumusan itu sebenarnya singkatan dari enam kata bahasa Inggris yaitu WHO, WHAT, WHERE, WHEN, WHY dan HOW, atau APA, SIAPA, DI MANA, KAPAN, MENGAPA dan BAGAIMANA. 5W+1H  merupakan pola dasar yang dipakai agar sebuah berita singkat dapat langsung siap diberitakan.  WHO dapat langsung disebutkan dengan nama tokoh dan profesinya, WHAT dapat langsung disebutkan perbuatan atau keadaan tokoh, WHERE merupakan tempat berita terjadi atau tempat terjadi wawancara dan WHEN adalah hari dan tanggalnya dan WHY berisi alasan sehingga berita tersebut terjadi. Sedangkan HOW merupakan kelanjutan berita  tersebut hingga selesai. HOW merupakan berita selengkapnya.
Secara psikologis tutor sebaya merupakan unsur yang sangat menarik bagi siswa. Siswa yang paling lebih tahu tentang temannya. Jarak pergaulan pun lebih dekat. Karena itu guru dapat memanfaatkan secara bijak.
Berikut ini adalah proses pembelajaran jurnalistik yang selalu penulis gunakan dalam menghadirkan materi ke hadapan peserta didik. Pertama, Membacakan teks berita singkat yang diambil dari koran diakhiri dengan dialog ringan  yang mengukur pemahaman peserta didik tentang pola 5W dan 1H dalam berita tersebut. Dengan demikian guru dapat memastikan bahwa dalam membuat berita nanti peserta didik akan secara langsung menggantikan WHO dengan nama seseorang beserta profesinya, WHAT dengan perbuatannya atau keadaannya, WHERE dengan nama tempat dan WHEN dengan hari dan tanggalnya. Mungkin hanya HOW yang agak menyita banyak perhatian.  
Kedua, membagi kelas dalam beberapa kelompok yang terdiri atas  5 atau 6 orang setiap kelompoknya dengan penyebaran peserta didik yang lebih mampu intelektualnya secara merata. Sesudahnya, baru mulai menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan pada saat wawancara dengan narasumber. Selain itu memilih 2 siswa setiap kelompok untuk bergerak sebagai guru dan administrator kelompok
Ketiga, setiap kelompok menyiapkan pertanyaan untuk diwawancarai, baik pertanyaan utama dan kemungkinan pertanyaan turutan, Turut juga dicatat hasil pengamatan dan hal-hal pribadi narasumber misalnya, nama lengkap, nama panggilan, jabatan, jumlah anak, prestasi anak-anaknya dan seterusnya, Dan apabila sudah siap, guru mengutus para siswa untuk mulai berwawancara dengan narasumber. Karena akan berinteraksi dengan pihak yang luar sekolah, maka sikap etis perlu diingatkan lagi, mencatat hasilnya, termasuk mecatat hal-hal pribadi narasumber.
Keempat, mendiskusikan kata kunci untuk dikemas menjadi judul yang paling menarik dari kegiatan wawancara tersebut. Apabila judul telah jadi maka mulailah menulis pokok berita dan berita selengkapnya dengan dasar hasil wawancara tersebut. Berita pun jadi, tetapi belum tentu bagus. Karena itu menggantikan kata dengan kata-kata yang lebih bagus, menambah kata-kata penghatar kalimat dan hal kecil lainnya merupakan kegiatan yang tidak kala pentingnya. Contohnya seperti pemakaian kata sesudah itu, sehari sesudahnya, bertempat di kantornya, di tempat yang berbeda dan seterusnya. Atau menggantikan nama yang pemkaiannya sangat banyak dengan kata lain yang sama fungsinya seperti : Ayah dari empat anak, Ayah yang pernah menjuarai atletik pada masa belajarnya, dan seterusnya.
Kelima,  Perlombaan menulis berita. 2 berita terbaik di kelompok  menjadi utusan untuk bersaing dengan utusan kelompok lainnya. Guru mengumumkan kemenangan dan memberikan hadiah atas nama kelompok; Merasuki siswa dengan sikap fanatik dengan kelompoknya.
Dari uraian tentang pembelajaran Jurnalistik untuk pokok bahasan Berita singkat, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, berita, terutama berita singkat sebenarnya merupakan bahan konsumsi harian kita dengan sumber beritanya koran, majalah,  televisi dan radio maupun bersumber pada internet. Kedua, dari berbagai sumber berita tersebut, yang paling banyak digunakan adalah berita singkat dengan pola 5W+1H.  Ketiga, karena dapat dengan mudahnya para siswa memperoleh berita dalam hidupnya maka kerja guru sebenarnya hanyalah membangunkan yang tertidur, menyadarkan yang terlena dan mengingatkan yang terlupa.

Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas X-A SMA Negeri 1 Keo Tengah pada Materi Prinsip-Prinsip Geografi

Oleh : Roberta Isabela Ngao, S.Pd
Guru SMAN 1 Keo Tengah

         
         Ruang lingkup ilmu geografi meliputi segala fenomena yang terjadi di permukaan bumi dengan berbagai variasi dan organisasi keruangannya sehingga geografi dapat memperoleh data dan fakta di manapun dan kapanpun. Sebagai sebuah disiplin ilmu, geografi memiliki prinsip-prinsip dalam mempelajari objek kajiannya.
Para ahli geografi mengembangkan empat prinsip geografi, yaitu prinsip penyebaran, interrelasi, deskriptif dan korologi (keruangan). Prinsip ini digunakan untuk menjelaskan fakta atau fenomena geosfer, pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari pada geosfer, dan menarik kesimpulan ada tidaknya keterkaitan fenomena di suatu tempat dengan tempat lain di muka bumi. Gatot Harmanto (2013) mendefenisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.
Permasalahan yang penulis hadapi di kelas XA SMA Negeri 1 Keo Tengah yaitu siswa kurang berminat mengikuti proses pembelajaran di kelas, terkhusus materi prinsip-prinsip geografi. Kondisi seperti ini terjadi karena metode yang guru pakai adalah metode ceramah. Penerapan metode ini, membuat proses pembelajaran menjadi monoton dan hanya berpusat pada guru. Penggunaan metode ceramah yang hanya berpusat pada guru, sudah tidak sesuai dengan kondisi siswa menyebabkan siswa kesulitan untuk memahami materi prinsip geografi. Penerapan model serta strategi pembelajaran yang monoton ini, menyebabkan minat siswa untuk mempelajari materi prinsip geografi yang diberikan guru menjadi hilang. Siswa kemudian menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang membebani mereka.
Sebenarnya ada begitu banyak model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran demi meningkatkan peran aktif siswa serta mengurangi pembelajaran yang berpusat pada guru. Solusi yang penulis ambil untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi di kelas XA SMA Negeri 1 Keo Tengah yaitu meningkatkan minat dan peran aktif siswa serta mengurangi pembelajaran yang berpusat pada guru. Model pembelajaran yang digunakan guru adalah model pembelajaran kooperatif pendekatan Student Teams Achievement Division (STAD). Wina (2008: 242) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif pendekatan STAD merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara 4 – 5 orang siswa yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Menurut Ibrahim (dalam Trianto,2007) pembelajaran kooperatif memiliki beberapa langkah.
Pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mengaplikasikan prinsip-prinsip geografi dalam mengkaji fenomena geosfer dan memotivasi siswa untuk belajar melalui buku-buku sumber yang ada.
Kedua, menyajikan informasi. Pada tahap ini, guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Bahan bacaan yang diberikan yaitu berupa contoh-contoh fenomena geosfer yang ada di dalam buku sumber atau bahan ajar serta kejadian nyata yang terjadi di permukaan bumi.
Ketiga, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Pada tahap ini guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Dari jumlah siswa kelas XA yang berjumlah 31 siswa dibagi dalam 7 kelompok (4 kelompok anggotanya berjumlah 4 siswa, sedangkan 3 kelompok yang lainnya 5 siswa). Masing-masing kelompok diberi pengertian untuk saling membantu atau bekerja sama dalam kelompok.
Keempat, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Pada tahap ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Masing –masing kelompok diminta untuk menemukan fenomena-fenomena geosfer yang terjadi yang berkaitan dengan prinsip-prinsip geografi. Contoh fenomena-fenomena geosfer bisa ditemukan dalam kehidupan nyata atau dari sumber- sumber lain seperti buku sumber, internet atau media massa lainnya. Masing-masing kelompok diberi kesempatan berdiskusi selama 20 menit dengan panduan pertanyaan yang diberikan oleh guru, yang berkaitan dengan materi prinsip geografi.
Kelima, evaluasi. Pada tahap evaluasi, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau bisa juga dilakukan evaluasi dengan cara masing-masing kelompok mempresentasekan hasil kerjanya. Masing – masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasekan hasil diskusinya selama 7 menit. Setelah semua kelompok mempresentasekan hasil diskusinya masing-masing, guru memberikan masukan atau perbaikan bagi kelompok yang hasil diskusinya perlu perbaikan.
Keenam, memberikan penghargaan. Di tahap ini, guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Salah satu cara yang dipilih guru untuk menghargai pekerjaan siswa yaitu melalui pemberian nilai baik nilai perorangan maupun nilai kelompok.
Model pembelajaran kooperatif pendekatan STAD ini digunakan oleh penulis dalam proses pembelajaran geografi di kelas XA SMA Negeri 1 Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo. Model pembelajaran ini digunakan oleh penulis untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran geografi materi prinsip geografi dengan asumsi bahwa ketika siswa terlibat aktif, maka perlahan-lahan pemahaman siswapun bertambah sehingga pada akhirnya prestasi belajar geografi siswapun akan meningkat. (*)

Jumat, 04 November 2016

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR 
UNTUK MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI


Oleh: Maxi Soo Lundu, S.Pd
(Guru SMAN 1 Keo Tengah, Nagekeo)


Salah satu fokus keterampilan menulis yang juga patut dimiliki siswa dalam pembelajaran menulis di Sekolah Menengah Atas adalah keterampilan menulis teks deskripsi. Menurut Tarigan (1996), teks deskripsi adalah teks yang berusaha memberikan perincian atau melukiskan dan mengemukakan objek yang sedang dibicarakan.   Sebagai teks yang berisi perincian, Keraf menjelaskan bahwa dalam menulis teks deskripsi  penulis hendaknya menggambarkan atau melukiskan sesuatu sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera untuk membuat pembaca merasakan atau mengalami sendiri sesuatu yang dideskripsikan (1982). 

Pengalaman penulis menunjukkan, kendati pembelajaran menulis teks deskripsi telah berlangsung, kemampuan menulis teks deskripsi pada siswa kelas XII IPS-1 SMA Negeri 1 Keo Tengah – Kabupaten Nagekeo tahun pelajaran 2016/2017 kurang memadai sebagaimana harapan. Dari hasil kegiatan menulis teks deskripsi, diamati bahwa sebagian besar siswa kurang mampu membuat perincian tentang suatu hal atau obyek dengan kalimat deskripsi baik dengan pola penginderaan, pola tata ruang (spasial), maupun perpaduan dari kedua pola tersebut. Di samping itu, siswa juga kurang mampu dalam hal mengorganisasikan kalimat-kalimat deskripsi dalam membentuk teks deskripsi yang utuh. 

Pertanyaan yang patut diajukan adalah bagaimana mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menulis teks deskripsi?  Bertolak dari permasalahan di atas, diperolah gambaran bahwa kurang memadainya kemampuan siswa menulis teks deskripsi  diduga disebabkan karena keterbatasan kemampuan siswa membangun imajinasi terhadap hal atau obyek yang hendak dideskripsikan mengingat hal atau obyek tersebut bersifat absurd atau tidak nyata. Menurut penulis, pembelajaran menulis teks deskripsi seyogyanya distimuli dengan menampilkan hal atau obyek secara nyata agar siswa memiliki gambaran penginderaan dan spasial terhadap suatu hal atau obyek yang memungkinkan siswa dapat membuat perincian-perincian dalam bentuk kalimat deskripsi pada saat siswa menulis. Karena itu penulis menawarkan pemanfaatan media gambar sebagai solusi untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menulis teks deskripsi.

Biggs (1970), mendefinisikan media sebagai alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurutnya, media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Pemilihan  gambar  sebagai media dalam konteks ini didasari pertimbangan bahwa gambar dapat mewakili suatu hal atau obyek yang dengan mudah dapat divisualisasikan secara langsung kepada siswa tanpa harus meninggalkan ruang kelas. Hal ini sejalan dengan Tizen (dalam Sadiman, 2011) bahwa pemanfaatan  gambar sebagai media memiliki beberapa kelebihan di antaranya: (1) gambar bersifat konkret dan realistis; (2) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; (3) gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan; (4)  gambar dapat memperjelas suatu masalah; dan (5) gambar relatif murah dan mudah digunakan. 

Mengingat gambar dapat mewakili hal atau obyek, maka sesungguhnya gambar dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menulis teks deskripsi. Gambar memberikan kemudahan bagi siswa untuk melihat,   mengamati, mengenal, dan memahami perincian-perincian tentang suatu hal atau obyek obyek secara spasial dan obyektif sebagaimana karakteristik yang mesti dipenuhi dalam menulis teks deskripsi.  Melalui media gambar, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan imajinasi secara subyektif tentang hal atau obyek yang dideskripsikan. 

Berkenaan dengan pemanfaatan media gambar sebagaimana dimaksud, berikut penulis sajikan langkah-langkap pembelajaran menulis teks deskripsi sebagai berikut: Pertama, guru memajang beberapa gambar di papan tulis. Gambar yang dipajang merupakan gambar tentang suatu hal atau obyek yang telah diseleksi oleh guru dengan mempertimbangkan referensi pengalaman nyata siswa terhadap hal atau obyek yang ditampilkan dalam gambar. Kedua, siswa diminta memperhatikan beberapa gambar yang sudah dipajang guru di papan tulis. Selanjutnya siswa diarahkan untuk memilih salah satu dari beberapa gambar yang paling menarik. Ketiga, siswa mengamati gambar yang telah dipilihnya secara keseluruhan. Guru mengarahkan siswa untuk menentukan satu fokus dari obyek tertentu yang disajikan dalam gambar. Fokus yang telah ditentukan siswa diaplikasikan menjadi satu kalimat deskripsi sebagai kalimat topik. Keempat, dari fokus yang telah diaplikasikan menjadi kalimat topik, siswa diarahkan sekali lagi untuk mengamati gambar secara detail. Siswa diminta mendata detail-detail dari fokus yang telah ditentukan baik secara spasial (tata letak, posisi, jarak, dll) maupun secara penginderaan obyektif dan subyektif. Kelima, Siswa mengaplikasikan detail-detail yang telah didata ke dalam beberapa kalimat penjelas dalam bentuk kalimat deskripsi yang merupakan perincian atau penjelasan tentang kalimat topik yang telah  dibuat. Keenam, berdasarkan kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas yang telah dibuat, siswa diarahkan untuk mengorganisasikan kalimat-kalimat tersebut menjadi suatu teks deskripsi yang utuh dan padu baik secara deduksi maupun secara induksi dengan memperhatikan ketepatan penggunaan penanda kohesi. Ketujuh, siswa diminta membacakan atau menyajikan teks deskripsi yang telah diorganisasikannya untuk mendapatkan masukan dari teman-teman lain atau dari guru. Kedelapan, siswa memperbaiki teks deskripsi berdasarkan masukan yang disampaikan untuk selanjutnya diserahkan kepada guru guna dinilai.

Langkah-langkah pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran menulis teks deskripsi sebagaimana dipaparkan di atas,  selain memberikan pengalaman nyata pada siswa terhadap hal atau obyek yang hendak dideskripsikan,  juga dapat memacu keterlibatan siswa secara aktif dan menyenangkan pada saat pembelajaran menulis teks deskripsi berlangsung. Kondisi seperti ini memungkinkan tujuan pembelajaran menulis teks deskripsi dapat tercapai. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan bahwa pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran menulis teks deskripsi diyakini dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menulis teks deskripsi.